I.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional (UU
No. 20 Tahun 2003) setiap satuan pendidikan tidak hanya memberikan pembekalan
ilmu pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif) namun juga
memfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal.Upaya untuk memberikan
pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif)
merupakan wilayah garapan guru bidang studi.Sedangkan upaya untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling
yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan
peserta didik beserta faktor yang mempengaruhinya.Meskipun demikian, dalam
pelaksanaannya layanan bimbingan dan konseling memerlukan kolaborasi antara
konselor dengan pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, staf administrasi, orang
tua peserta didik dan pihak-pihak terkait begitu juga sebaliknya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan
program bimbingan dan konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan
konseling yang akan diberikan kepada peserta didik dalam rangka menunjang
tercapainya tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan visi/misi yang ada di
sekolah secara khusus. Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya
merujuk pada pedoman kurikulum dan berdasarkan kondisi objektif yang berkaitan
dengan kebutuhan nyata di sekolah yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan
peserta didik. Sehingga program yang dilaksanakan merupakan program yang
realistik dan layak untuk di implementasikan dan dapat mengembangkan
potensi peserta didik secara optimal di sekolah-sekolah. Muro dan Kottman
(Syamsu dan Juntika, 2010: 26) mengemukakan bahwa struktur bimbingan dan
konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu:
layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan
dukungan sistem. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai struktur-struktur
bimbingan dan konseling komprehensif tersebut.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Sejarah Bimbingan Konseling Komprehensif di Indonesia ?
B. Apa Hakekat Bimbingan Konseling Komprehensif ?
C. Apa saja Komponen Bimbingan Konseling Komprehensif ?
III.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bimbingan Konseling Komprehensif di Indonesia
Kelahiran dan perkembangan konsep serta
paradigma layanan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak lain merupakan
replikasi dan adopsi model yang telah berkembang sejak lama di Amerika Serikat.
Pemahaman tentang bimbingan dan konseling sebagai suatu sistem dan kerangka
kerja kelembagaan tidak dapat dilepaskan dari pandangan umum bahwa layanan BK
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan.
Di Amerika Serikat, latar kelahiran BK di awal
abad 20 bermula dari keprihatinan yang mendalam dari kalangan pendidikan
terhadap carut marutnya perkembangan kepribadian generasi muda terumata kalangan
pelajar di sekolah yang terkena dampak gelombang besar industrialisasi di
kota-kota besar. Jumlah siswa drop-out mengingkat (kaum muda lebih memilih
bekerja ketimbang sekolah, sementara keterampilan kerja tidak memadai),
pergeseran nilai dalam keluarga dan masyarakat, urbanisasi besar-besaran dari
desa kekota, dan problem-problem sosial yang lain.
Kenyataan tersebut akhirnya memicu tumbuhnya
layanan bimbingan dan konseling sebagai suatu gerakan sosial yang selaras
dengan gerakan kemajuan (progressive movement) yang berkembang dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat pada saat itu yang dipelopori oleh tokoh
seperti Frank Parsons, Charles Merrill dan Meyer Blommfield.Para tokoh tersebut
sama-sama memandang secara kritis bahwa gelombang revolusi industri yang
membawa dampak negatif bagi perkembangan generasi mudah harus dicegah.
Gerakan bimbingan dan konseling ini memberikan
pengaruh besar terhadap beberapa negara, di antaranya Indonesia.Gunawan (2001,
22) menjelaskan bahwa pada periode awal kemerdekaan masalah bimbingan pekerjaan
baru diperhatikan oleh jawatan yang mengurus masalah tenaga kerja.Kegiatan
bimbingan kemudian dikembangkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan
dengan mengembangkan banyak kursus keterampilan bagi kaum muda.Baru pada tahun 1962,
ada kebijakan SMA Gaya Baru yang mulai menggeser bimbingan pekerjaan ke arah
bimbingan akademik.[1]
Secara formal, pemberlakuan kurikulum 1975
mengandung penegasan bahwa BK (saat itu disebut bimbingan dan penyuluhan)
merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Lahirnya Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) tahun 1975 di Malang, Jawa Timur dan pergantian nama
IPBI menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) tahun 2001
dengan kelengkapan divisi-divisi layanan di dalamnya semakin memperkokoh
layanan BK dengan berbagai domain layanan yang semakin kompleks, pribadi,
sosial, akademik, karir dan layanan pendukung lainnya secara lebih menyeluruh
yang disebut dengan layanan bimbingan konseling komprehensif.
Bimbingan Konseling komprehensif
adalah suatu program pendidikan di sekolah yang diberikan oleh konselor sebagai penanggung jawab dan pelaksana program bimbingan
konseling di sekolah.Dalam pekembanganya para ahli bimbingan dan konseling
selalu mengadakan penelitian dan pembaharuan pada layanan yang diberikan di
sekolah. Pada awalnya bimbingan konseling dikenal sebagai bentuk layanan yang
diberikan sekolah kepada siswa yang bermasah atau mengalami hambatan dalam
proses pembelajaran. Namun ketika kondisi zaman berkembang pesat seperti pada
masa sekarang ini bimbingan konseling tidak lagi berperan sebagai pembantu
konseli dalam menyelesaikan masalah.
Bimbingan konseling
komprehensif yang telah dikenalkan sekarang ini adalah program bimbingan
konseling yang bertujuan untuk memandirikan peserta didik. Bentuk layanan yang
diberikan tidak lagi berfungsi membantu peserta didik menyelesaikan masalahnya
namun mengembangkan potensi peserta didik berasarkan perkembangannya sehingga
disebutlah bahwa BK komprehensif adalah sama dengan BK berbasis perkembangan.
Untuk mencapai kemandirian peserta didik tersebut konselor tidak lagi
mengedepankan fungsi kuratif, namun lebih menekankan fungsi
pencegahan/preventif dan perkembangan/developmental.
B.
Hakekat
Bimbingan Konseling Komprehensif
Pada hakekatnya,
bimbingan dan konseling komprehensif merupakan sistem kegiatan yang dibuat guna
membantu klien dalam mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin.Namun dalam
prosesnya, siswa tidak selalu mengalami perkembangan yang baik.Terkadang
sifatnya fluktuatif atau tidak stabil.Oleh karena itu, siswa perlu diberikan
layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif dalam perkembangannya.
Bimbingan dan konseling komprehensif disebut
juga bimbingan dan konseling perkembangan, karena menggarap semua aspek kehidupan
peserta didik dan merupakan orientasi baru dalam kegiatan layanan bimbingan dan
konseling yang didasari prinsip pengembangan antara lain:
1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan
tugas-tugas perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang
ada di lingkungannya.
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana
hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut.
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan
sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan
dari lingkungannya.
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya
yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas dapat
disimpulkan definisi bimbingan dan konseling komprehensif atau perkembangan
sebagai suatu rangkaian bimbingan dan konseling secara bertanggung jawab dalam
memfasilitasi perkembangan peserta didik pada semua aspek kehidupannya,
sehingga mereka dapat berfungsi dan berperan efektif selama siklus
kehidupannya, terutama menjamin eksistensi dirinya sebagai individu atau
anggota masyarakat yang bermartabat. Karena itu, bimbingan dan konseling
perkembangan sering disebut juga dengan bimbingan dan konseling komprehensif
karena menggarap semua aspek kehidupan peserta didik (konseli).
Bimbingan dan konseling perkembangan merupakan
pandangan mutakhir yang bertitik tolak dari asumsi yang positif tentang potensi
manusia. Berdasarkan asumsi inilah
bimbingan dan konseling dipandang sebagai suatu proses memfasilitasi
perkembangan yang menekankan kepada upaya membantu semua peserta didik dalam
semua fase perkembangannya.
Bimbingan dan konseling komprehensif
diprogramkan bagi seluruh siswa.Artinya, semua peserta didik wajib mendapatkan
layanan bimbingan dan konseling.oleh karena itu, bimbingan dan konseling
komprehensif harus memperhatikan ruang lingkup yang menyeluruh, dirancang untuk
lebih berorientasi pada pencegahan, dan tujuannya pengembangan potensi peserta
didik. (Suherman, 2011:51)
Ruang lingkup bimbingan dan konseling
komprehensif tidak hanya berorientasi pada peserta didik sebagai pribadi saja,
tetapi semua aspek kehidupan siswa sejak usia dini sampai usia remaja
(SMA/SMK/MA) bahkan sampai dengan masyarakat.
Fokus utamanya adalah teraktualisasinya potensi
peserta didik dan mencapai perkembangan optimal sehingga peserta didik dapat
meraih sukses di sekolah maupun masyarakat.
Titik berat bimbingan dan konseling
komprehensif adalah mengarahkan peserta didik agar mampu mencegah berbagai hal
yang dapat menghambat perkembangannya.Selain melalui hal preventif peserta
didik mampu memutuskan dan memilih tindakan-tindakan tepat yang dapat mendukung
perkembangannya.
Agar pelaksanaan program bimbingan dan
konseling komprehensif berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
maka kita hanya memahami lima premis dasar bimbingan dan konseling
komprehensif. Menurut Gysbers dan Henderson (2006:26) lima premis tersebut:
1.
Tujuan bimbingan konseling bersifat kompatibel
dengan tujuan pendidikan. Artinya, dalam pendidikan ada standar dan kompetensi
tertentu yang harus dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, segala aktivitas dan
proses dalam layanan BK harus diarahkan pada upaya membantu siswa dalam
pencapaian standar kompetensi yang dimaksud.
2.
Program BK bersifat pengembangan (based on developmental approach), yakni,
meskipun seorang konselor dimungkinkan untuk mengatasi problem dan kebutuhan
psikologis yang bersifat krisis dan klinis, pada dasarnya fokus layanan BK
lebih diarahkan pada usaha memfasilitasi pengalaman-pengalaman belajar tertentu
yang membantu siswa untuk tumbuh, berkembang, dan menjadi pribadi yang mandiri.
3. Program BK melibatkan kolaborasi antar staff (team-building approach), yaitu program
bimbingan dan konseling yang bersifat komprehensif bersandar pada asumsi bahwa
tanggung jawab kegiatan bimbingan melibatkan seluruh personalia yang ada di
sekolah dengan sentral koordinasi dan tanggung jawab ada di tangan konselor
yang bersertifikasi (certified counselors).
Konselor tidak hanya menyediakan layanan langsung untuk siswa, melainkan juga
bekerja secara konsultatif dan kolaboratif dengan tim bimbingan yang lain, staf
personel sekolah yang lain (guru dan tenaga administrasi), bahkan orangtua dan
masyarakat.
4. Program BK dikembangkan melalui serangkaian
proses sistematis sejak dari perencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan
keberlanjutan. Melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen tersebut diharapkan
kegiatan dan layanan BK dapat diselenggarakan secara tepat sasaran dan terukur.
5. Program BK ditopang oleh kepemimpinan yang
kokoh. Faktor kepemimpinan ini diharapkan dapat menjamin akuntabilitas dan
pencapaian kinerja program BK.
Bowers dan Hatch (2000, 11) bahkan menegaskan
bahwa program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif
dalam ruang lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam disain, dan
bersifat pengembangan dalam tujuannya (comprehensive
in scope, preventive in design, and developmental in nature).
Pertama, bersifat
komprehensif berarti program BK harus mampu memfasilitasi capaian-capaian
perkembangan psikologis siswa dalam totalitas aspek bimbingan (baik
pribadi-sosial, akademik, dan karir).Layanan yang diberikan pun tidak hanya
terbatas pada siswa dengan karakter dan motivasi unggul serta siap belajar
saja.Layanan BK ditujukan untuk seluruh siswa tanpa syarat apapun.Dengan
harapan, setiap siswa dapat menggapai sukses di sekolah dan menunjukkan
kontribusi nyata dalam masyarakat.
Kedua, bersifat
preventif dalam disain mengandung arti bahwa pada dasarnya tujuan pengembangan
program BK di sekolah hendaknya dilakukan dalam bentuk yang bersifat
preventif.Upaya pencegahan dan antisipasi sedini mungkin (prevention education) hendaknya menjadi semangat utama yang
terkandung dalam kurikulum bimbingan yang diterapkan di sekolah (kegiatan
klasikal). Melalui cara yang preventif tersebut diharapkan siswa mampu memilah
sikap dan tindakan yang tepat dan mendukung pencapaian perkembangan psikologis
ke arah yang ideal dan positif. Beberapa program yang dapat dikembangkan
seperti pendidikan multikultarisme dan antikekerasan, mengembangkan
keterampilan resolusi konflik, pendidikan seksualitas, kesehatan reproduksi,
dan lain-lain.
Ketiga, bersifat
pengembangan dalam tujuan didasari oleh fakta di lapangan bahwa layanan
bimbingan dan konseling sekolah selama ini justru kontraproduktif terhadap
perkembangan siswa itu sendiri.Kegiatan layanan bimbingan dan konseling sekolah
yang berkembang di Indonesia selama ini lebih terfokus pada kegiatan-kegiatan
yang bersifat administratif dan klerikal (Kartadinata, 2003), seperti mengelola
kehadiran dan ketidakhadiran siswa, mengenakan sanksi disiplin pada siswa yang
terlambat dan dianggap nakal.Dengan demikian, wajar apabila dalam masyarakat
dan bagi siswa-siswa sendiri guru bimbingan dan konseling distigmakan sebagai
polisi sekolah.
Konsekuensi kenyataan ini, pada akhirnya
menyebabkan layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan di sekolah
akhirnya terjebak dalam pendekatan tradisional tanpa dasar pemikiran yang
jelas.
C. Komponen Bimbingan Konseling Komprehensif
Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif dikemas dalam empat
komponen:
1. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan
bantuan bagi peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas,
yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan
potensinya secara optimal.
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini
dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli agar:
a. Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, sosial budaya dan agama).
b. Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya.
c. Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya.
Ruang lingkup yang termasuk dalam layanan
dasar bimbingan konseling komprehensif menurut Sutirna (2013) adalah:
a. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan
b. Pengembangan kemampuan individual
c. Pengembangan sikap dan kebiasaan
d. Pengembangan perilaku sosial
e. Pengembangan upaya pencapaian peran sosial
f. Pengembangan sikap pengembangan diri
g. Pengembangan sikap dan kemampuan
h. Pengembangan upaya pencarian hubungan baru[3]
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku
yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek
pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya
membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar
kompetensi kemandirian).
Sementara itu tugas-tugas perkembangan peserta didik pada jenjang
pendidikan tertentu adalah sebagai berikut:
1) Tugas perkembangan peserta didik SD/MI dan sederajat:
a) Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
c) Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
d) Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
e) Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
f) Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk
permainan maupun kehidupan.
g) Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman
perilaku.
h) Membina hidup sehat, untuk diri sendiri, dan lingkungan serta
keindahan.
i) Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai dengan jenis
kelaminnya dan menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin.
j) Mengembangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, serta tanah
air bangsa dan negara.Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan
masa depan.
2) Tugas perkembangan peserta didik SMP/MTs dan sederajat:
a) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis
terhadap perbuatan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk
kehidupan yang sehat.
c) Mencapai
pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria dan
wanita.
d) Memantapkan
nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih
luas.
e) Mengenal kemampuan, bakat dan minat serta arah kecenderungan karir
dan aparesiasi seni.
f) Mengembangkan pengerahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan atau berperan dalam kehidupan di
masyarakat,
g) Mengenal
gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
sosial dan ekonomi.
h) Mengenal
system etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai mandiri, anggota
masyarakat, dan warga negara.
3)
Tugas perkembangan peserta didik SMA/SMK/MA dan sederajat:
a) Mencapai
kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Mencapai
kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya
sebagai pria dan wanita.
c) Mencapai
kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.
d) Mengembangkan
penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan
persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam
kehidupan yang lebih luas.
e) Mencapai
kematangan dalam pilihan karir.
f) Mencapai
kematangan gambar dan sikap tentang kehidupan mandiri, secara emosional,
sosial, intelektual dan ekonomi.
g) Mencapai
kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
h) Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni.
i) Mencapai kematangan dalam system etika dan nilai.
2.
Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang
memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan) dengan segera.Layanan
ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan yang dirasakan pada saat
ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangannya.Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan
untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah.
Layanan ini lebih bersifat
kuratif.Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok
dan konsultasi.Isi layanan responsif ini adalah bidang pendidikan, belajar,
sosial, pribadi, karir, tata tertib di sekolah, narkotika dan perjudian,
perilaku seksual, dan kehidupan lainnya. Untuk memahami kebutuhan dan masalah
konseli dapat ditempuh dengan cara asesmen dan analisis perkembangan konseli,
dengan menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan
(ITP), angket konseli, wawancara, observasi,sosiometri, daftar hadir konseli,
leger, psikotes dan daftar masalah konseli atau alat ungkap masalah (AUM).
a. Bidang Pribadi
1.) Ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencakup:
a. Kurang
motivasi untuk mempelajari agama.
b. Kurang
memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup.
c. Kurang
memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi Tuhan.
d. Masih
merasa malas untuk melaksanakan shalat.
e. Kurang
memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur.
2.) Perolehan
sistem nilai meliputi:
a.
Masih memiliki kebiasaan berbohong.
b.
Masih memiliki kebiasaan mencontek.
c.
Kurang berdisiplin (khususnya memelihara kebersihan).
3.) Kemandirian
Emosional, meliputi:
a.
Belum mampu membebaskan diri dari perasaan kekanak-kanakan.
b.
Belum mampu menghormati orangtua atau orang lain secara ikhlas.
c.
Masih kurang mampu menghadapi frustasi (stress) secara positif.
4.) Pengembangan
keterampilan intelektual, meliputi:
b.
Masih suka melakukan sesuatu tanpa memperhitungkan baik buruk,
untung rugi.
5.) Menerima
diri dan mengembangkannya secara positif
a. Kurang
merasa bangga dengan keadaan diri sendiri.
b. Merasa
rendah diri apabila bergaul dengan orang lain yang mempunyai kelebihan.
b. Bidang Sosial
1.) Berperilaku
sosial yang bertanggung jawab, meliputi:
a. Kurang
menyenangi kritikan orang lain.
b. Kurang
memahami tatakrama (etika pergaulan).
c. Kurang
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik di sekolah maupun di masyarakat.
2.) Mencapai
hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, meliputi:
a. Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis.
b. Merasa tidak senang kepada teman yang suka mengkritik.
3.) Mempersiapkan
pernikahan dan hidup keluarga, meliputi:
a. Sikap
yang kurang positif terhadap pernikahan.
b. Sikap
yang kurang positif terhadap hidup berkeluarga.
c. Bidang Belajar
1.) Kurang
memiliki kebiasaan belajar yang baik.
2.) Kurang
memahami cara belajar yang efektif.
3.) Kurang
memahami cara mengatasi kesulitan belajar.
4.) Kurang
memahamicara membaca buku yang efektif.
5.) Kurang
memahami cara membagi waktu belajar.
6.) Kurang
menyenangi pelajaran-pelajaran tertentu.
d. Bidang Karir
1.) Kurang
memahami caramemilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat.
2.) Kurang
mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang dunia kerja.
3.) Masih
bingung untuk memilih pekerjaan.
4.) Masih
kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kamampuan dan minat.
5.) Merasa
cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah.
6.) Belum
memiliki pandangan akan kuliah di mana setelah tamat sekolah.
3. Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan peren-canaan masa
depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta
pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.[4]
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar
memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, mampu merumuskan tujuan,
perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembang-an dirinya, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan dapat melakukan kegiatan
berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
Fokus
pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara
lain mencakup pengembangan aspek:
a. Akademik
meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan
atau pilihan jurusan,memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat,dan memahami nilai belajar sepanjang hayat.
b. Karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang
karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk
kebiasaan bekerja yang positif.
c. Sosial-pribadi
meliputipengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan
sosial yang efektif.
Perencanaan individual bagi siswa
diimplementasikan melalui beberapa strategi (Suherman, 2011:67-68) yaitu
penilaian individual/kelompok kecil, pemberian saran pada individual atau
kelompok kecil.Sedangkan menurut Sugiyo (2011) strategi yang dapat dikembangkan, yaitu:
a. Individual appraisal yaitu suatu strategi dimana konselor membantu
peserta didik untuk dapat menilai dan menafsirkan potensi yang dimilikinya.
b. Individual advisement yaitu digunakan agar peserta didik mampu
menggunakan segala informasi baik social-pribadi, karir.
c. Transition Planning yaitu membantu peserta didik dalam memahami
dunia kerja.
d. Follow up, digunakan ketika memberikan layanan lanjut melalui
berbagai pengumpulan data untuk evaluasi dan program yang akan
datang.
4. Dukungan Sistem
Komponen dukungan sistem mencakup
dua bagian, yaitu program bimbingan konseling dan layanan pendukung.
Strategi yang digunakan dalam
dukungan sistem ini berupa:
a. Pengembangan jejaring (networking) yaitu upaya menjalin kerjasama
dengan guru, orangtua dan masyarakat serta seluruh personil sekolah agar
tercipta suasana kondusif dalam proses pembelajaran dan layanan bimbingan dan
konseling.
b. Pengembangan konselor yang meliputi pelatihan-pelatihan yang
terkait dengan bimbingan dan konseling, aktif dalam organisasi, aktif dalam
pertemuan ilmiah seperti seminar, workshop, dan lain sebagainya. (Sugiyo, 2011)
c. Pemberian layanan
1.) Konsultasi
dengan guru-guru.
2.) Menyelenggarakan
kerjasama dengan orangtua atau masyarakat.
3.) Berpartisipasi.
4.) Bekerjasama
dengan personil sekolah lainnya.
5.) Melakukan
penelitian.
d. Kegiatan
manajemen
Kegiatan
manajemen ini merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara dan
meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan
pengembangan program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya dan
pengembangan penataan kebijaksanaan.
1) Pengembangan program.
Pengembangan
program ini hendaknya diselaraskan dengan hasil kajian atau analisis tentang
tujuan dan program sekolah, kondisi objektif pencapaian tugas-tugas
perkembangan siswa, atau kebutuhan dan masalah siswa, kondisi objektif
lingkungan perkembangan siswa, implementasi aktual layanan BK di SMK, dan
perkembangan masyarakat (sosial budaya, dan dunia industri dan perusahaan).
Berdasarkan pertimbangan ini, maka seyogianya program BK itu bersifat fleksibel
(tilikan kontekstual) namun tetap idealis.
2)
Pengembangan staf.
Agar
para pembimbing dan personel sekolah lainnya mampu memberikan layanan bimbingan
secara bermutu, maka kepada mereka perlu diberikan penambahan, perluasan, atau
pendalaman tentang konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan tertentu tentang
bimbingan, sesuai dengan deskripsi pekerjaan (kinerja) masing-masing.Bentuk
pengembangan staf itu bisa dilaksanakan melalui seminar, penataran, atau
lokakarya.Melalui kegiatan ini diharapkan para personel sekolah memiliki
kompetensi atau kemampuan sesuai dengan deskripsi kerja (kinerja)
masing-masing. Staf yang harus dikembangkan tersebut yaitu:
- Kepala
sekolah
- Wakasek
dan para PKS (pembantu kepala sekolah)
- Guru
mata pelajaran
- Guru
pembimbing dan konseling (konselor)
3)
Pemanfaatan sumber daya masyarakat.
Aspek
ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan
unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan
bimbingan.Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak instansi pemerintah,
instansi swasta, organisasi profesi, para ahli dalam bidang tertentu yang
terkait seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orangtua siswa.
4) Pengembangan
atau penentuan kebijakan.
Pelaksanaan
pelayanan BK di sekolah didukung oleh kebijakan kepala sekolah secara
jelas.Kebijakan yang diluncurkan itu hendaknya dapat memfasilitasi (memberi
kemudahan dan peluang) bagi kelancaran implementasi program.
Kebijakan yang
perlu ditata itu diantaranya menyangkut aspek-aspek struktur organisasi,
rekrutment dan pengembangan staf bimbingan, penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai, pengalokasian biaya operational BK, dan penjadwalan waktu khusus
untuk masuk kelas bagi guru pembimbing sebagai wahana untuk pelaksanaan program
yang bersifat klasikal, menjamin kerjasama dengan pihak-pihak terkait.
IV.
KESIMPULAN
Bimbingan Konseling komprehensif adalah suatu program pendidikan di sekolah yang
diberikan oleh konselor
sebagai penanggung jawab dan pelaksana program bimbingan konseling di
sekolah.Dalam pekembanganya para ahli bimbingan dan konseling selalu mengadakan
penelitian dan pembaharuan pada layanan yang diberikan di sekolah.Bimbingan
konseling komprehensif yang telah dikenalkan sekarang ini adalah program
bimbingan konseling yang bertujuan untuk memandirikan peserta didik.
Komponen BK Komprehensif meliputi:
a.
Layanan
Dasar Bimbingan
b.
Layanan
Responsif
c.
Perencanaan
Individual
d.
Dukungan
Sistem
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar
bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Sutirna.Bimbingan
dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal.Yogyakarta : Andi.
2013
http://metriyulita.blogspot.co.id/2015/11/bk-komprehensif.html
diakses pada hari Selasa tanggal 28 Maret 2017 pukul 16:10 WIB
http://ketutdepi.blogspot.co.id/2014/06/makalah-layanan-bimbingan-konseling.html
diakses pada hari Minggu 26 Maret 2017 pukul 09:30
http://ratnasari15.blogspot.co.id/2016/04/bimbingan-konseling-komprehensif.html
diakses pada hari Jumat tanggal 24 Maret 2017 pukul 20:55 WIB
[1]http://ratnasari15.blogspot.co.id/2016/04/bimbingan-konseling-komprehensif.html
[2]Sutirna.Bimbingan
dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal.Yogyakarta : Andi.
2013
[3]http://metriyulita.blogspot.co.id/2015/11/bk-komprehensif.html
[4]http://ketutdepi.blogspot.co.id/2014/06/makalah-layanan-bimbingan-konseling.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar